Puisi: Penjual Batu Berwajah Lesu
Salah satu kebiasaan sobatku selepas menyelesaikan kasus adalah membikin beberapa buah puisi dan beberapa karyanya juga pernah tembus ke majalah "Dengar" tapi aku yakin puisi-puisi ini belum diterbitkan dimanapun bahkan di majalah dinding sekolah.
- Intan di Tanjung Harapan
Sebagaimana dekapan relung ombak
Sebagaimana rindu hangat matahari
Bahkan camar kalut itu tau
Nasib orang siapa tau
Moga nanti semua kan berarti
- Hanya Sebongkah Granit
Cahaya sendiri pun kau tak punya
Rona cantikmu pun tiada
Hanya granit bertahta permata
Namun fungsi tiada jua
Satu per satu orang berlalu
Namun tak satupun yang tau
Sebongkah granit merundung pilu
Tiada jua yang merindu
- Penjual Batu Berwajah Lesu
Sanak saudara menjadi gila
Memendam dendam tiada guna
Karena cinta jawabnya
Hari besar telah tiba
Seribu angin membawa cipta
Tanpa desah tanpa suara
Seorang wanita tanpa nyawa
Inilah beberapa karya dari sobatku yang katanya pasti ditolak penerbit, dan tidak lulus seleksi mading sekolah. Tetapi menurut saya puisi ini cukup indah, ntah menurut anda semua.



0 komentar:
Posting Komentar